Jakarta, 6 September 2024. Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) pada 28 Agustus 2024 menilai sektor jasa keuangan terjaga stabil

yang didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas memadai di tengah

ketidakpastian global akibat tensi geopolitik serta perlambatan perekonomian

global.

 

Kinerja perekonomian global secara umum masih melemah dengan tingkat inflasi

yang cenderung termoderasi. Kondisi tersebut diiringi dengan cooling down pasar

tenaga kerja AS yang mendorong The Fed bersikap dovish, sehingga meningkatkan

ekspektasi penurunan suku bunga kebijakan di 2024.

 

Di Eropa, indikator perekonomian masih belum solid di tengah inflasi yang

persisten. Pasar mengekspektasikan Bank Sentral Eropa (ECB) akan menurunkan

suku bunga pada pertemuan September 2024. Di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi

melambat dengan decoupling demand dan supply yang terus berlanjut. Hal ini

mendorong pemerintah dan bank sentral terus mengeluarkan stimulus fiskal dan

moneter.

 

Tensi geopolitik global terpantau meningkat sejalan dengan tingginya dinamika

politik di AS menjelang Pemilihan Presiden di November 2024, serta potensi

instabilitas di Timur Tengah dan di Rusia akibat eskalasi perang di wilayah

perbatasan Ukraina. Selain itu, pelemahan demand secara global turut

menyebabkan harga komoditas melemah.

Di tengah perkembangan tersebut, yield UST secara umum menurun dan dollar

index melemah dipengaruhi terutama oleh ekspektasi penurunan suku bunga

kebijakan oleh The Fed dalam waktu dekat. Hal ini mendorong mulai terjadinya

aliran masuk modal (inflow) ke negara emerging market, termasuk Indonesia,

sehingga pasar keuangan emerging market mayoritas menguat terutama di pasar

obligasi dan nilai tukar.

 

Di domestik, pertumbuhan ekonomi tercatat di atas ekspektasi yang didorong oleh

naiknya konsumsi rumah tangga dan investasi. Tingkat inflasi inti masih terjaga

dan surplus neraca perdagangan berlanjut.

 

Pertumbuhan ekonomi yang masih baik

juga tercermin dari peningkatan kinerja emiten di Triwulan 2 2024, antara lain

terlihat dari pendapatan dan penyerapan tenaga kerja yang tumbuh masing-masing

sebesar 4,94 persen dan 2,73 persen yoy (Triwulan 1 2024: 2,64 persen\ dan 2,29

persen). Namun demikian, perlu dicermati pemulihan daya beli yang saat ini

berlangsung relatif lambat.